Dipertemuan 4
kami membahas tentang Logika Induktif dan Deduktif.
Logika
Induktif
Logika induktif = cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal/partikular tertentu untuk menarik kesimpulanumum tertentu.
Atas dasar fakta dirumuskan kesimpulan umum.
Kesimpulan = generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan.
Namun kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap.
Persamaan logika induktif dengan deduktif = argumentasi keduanya terdiri dari premis
-premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan: penalaran induksi yang tepat akan punya premis
-premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidakmembuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan.
Maka argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai sahih/valid atau tdk sahih/invalid, tapi berdasarkan probabilitas.
Cara Logika Induktif
Proses induksi mulai berdasar kejadian
- kejadian, gejala tertentu.
Penal induksi = proses penalaran berdasarkan pengertian tertentu/premis untuk menghasilkan pengertian umum/kesimpulan.
Tiga ciri penalaran induktif:
1) Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera
2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis.
3) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya.
Jadi konklusi induksi mempunyai kredibilitas rasional = probabilitas.
Generalisasi Induktif
Arti: Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.
Prinsip: Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.
Tiga syarat membuat generalisasi:
1) Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu
2) Tidak terbatas secara spasio temporal,
harus berlaku dimana saja
3) Dapat dijadikan dasar pengandaian.
Analogi Induktif
Analogi = bicara tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan.
Dua
hal perlu diperhatikan: persamaan dan
perbedaan.
Bila
memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi.
Maka
analogi induktif – proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran
suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya
sifat esensial yang sama.
Kesimpulan
analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus.
Contoh:
Mangga
1: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga
2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga
3: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga
4: kuning, besar, dan matang Kesimpulan tentu manis juga.
Jadi
analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Beda
dengan generalisasi induktif, dimana konklusinya berupa proposisi
universal.
Penalaran
induktif, konklusinya lebih luas daripada premis-premis.
Deduktif
Deduksi sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ daripengetahuan yang lebih ‘ umum’
.
Yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum.
Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat.
Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi. Deduksi selalu di jiwai oleh induksi .
Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan , induksi biasanya mendahuli deduksi .
Sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama dibicarakan lebih dahulu.
Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran.
Faktor
Probabilitas
Kebenaran
konklusi dalam logika induktif, baik dalam analogi maupun generalisasi bersifat
TIDAK PASTI, karena hanya bersifat mungkin (probable).
Probabilitas = keadaan pengetahuan antara kepastian dan
kemungkinan.
Tinggi
rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh:
(1) Faktor
Fakta: ‘makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif,
akan makin tinggi probabilitas konklusi dan sebaliknya’.
(2) Faktor
Analogi: ‘semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, makin rendah
probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.’
(3) Faktor
Disanalogi: ‘makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin
tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya’.
(4) Faktor
Luas Konklusi: ‘semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya, dan
sebaliknya’.
Kesesatan
Generalisasi/Analogi
Tinggi
rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini
membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Kesesatan penalaran induktif yang
terpenting adalah:
Tergesa
- gesa: terlalu cepat menarik kesimpulan dari
beberapa fakta.
Faktor
ceroboh: terlalu cepat tarik
kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi lingkungan.
Contoh:
Semua wanita Jawa itu lembut.
Prasangka: memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak
cocok.
Contoh:
Semua orang Batak bicara keras dan tak sabaran.
Utk
menghindarinya: membangun sikap
kritis, terbuka pada koreksi dan kritik dari orang lain.
Hubungan
Sebab Akibat
Prinsip
umum: suatu peristiwa disebabkan oleh
sesuatu. Terkandung makna bahwa yang satu (sebab) mendahului yang lain
(akibat). Tapi tidak semua yang mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang
lain.
Hubungan
sebab akibat: hubungan yg
intrinsik, artinya hubungan sedemikan rupa sehingga kalau yang satu ada/tidak
ada, maka yang lain juga pasti ada/tidak ada.
Tiga
pola hub sebab akibat:
1)
dari sebab ke akibat
2)
dari akibat ke sebab
3)
dari akibat ke akibat
Manfaat
Belajar Logika Induktif
B.
Russel: logika induktif bukan hanya lebih
bermanfaat dari logika deduktif, tapi juga lebih sulit.
Manfaat
logika induktif: Memberikan
pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada
kebiasaan.
Memang
tdk pernah bisa merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan
induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita dapat menekan kemungkinan
kesalahan.
Maka,
jangan pernah menarik kesimpulan induktif dengan data yang masih minimum,
tergesa - gesa, ceroboh dan hanya di landasi prasangka.
No comments:
Post a Comment