Wednesday 19 November 2014

Pertemuan 4 : Logika Induktif dan Deduktif

Dipertemuan 4 kami membahas tentang Logika Induktif dan Deduktif.

Logika Induktif
Logika induktif = cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal/partikular tertentu untuk menarik kesimpulanumum tertentu.
Atas dasar fakta dirumuskan kesimpulan umum.
Kesimpulan = generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan.
Namun kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara. Karena ciri dasar induktif selalu tidak lengkap.
Persamaan logika induktif dengan deduktif = argumentasi keduanya terdiri dari premis -premis yang mendukung kesimpulan.
Perbedaan: penalaran induksi yang tepat akan punya premis -premis benar tapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidakmembuktikan kesimpulan benar. Premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan.
Maka argumentasi dalam penalaran induksi tidak dinilai sebagai sahih/valid atau tdk sahih/invalid, tapi berdasarkan probabilitas.

Cara Logika Induktif
Proses induksi mulai berdasar kejadian - kejadian, gejala tertentu.
Penal induksi = proses penalaran berdasarkan pengertian tertentu/premis untuk menghasilkan pengertian umum/kesimpulan.
Tiga ciri penalaran induktif:
1) Premis penal induktif = proposisi empiris yang ditangkap indera
2) Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis.
3) Meski kesimpulan tak mengikat, tapi manusia menerimanya.
Jadi konklusi induksi mempunyai kredibilitas rasional = probabilitas.

Generalisasi Induktif
Arti: Proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.
Prinsip: Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi.
Tiga syarat membuat generalisasi:
1) Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu
2) Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja
3) Dapat dijadikan dasar pengandaian.

Analogi Induktif
Analogi = bicara tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan.
Dua hal perlu diperhatikan: persamaan dan perbedaan.
Bila memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi.
Maka analogi induktif – proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama.
Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tapi khusus.
Contoh:
Mangga 1: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 2: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 3: kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 4: kuning, besar, dan matang Kesimpulan tentu manis juga.
Jadi analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan.
Beda dengan generalisasi induktif, dimana konklusinya berupa proposisi  universal.
Penalaran induktif, konklusinya lebih luas daripada premis-premis.

Deduktif
Deduksi sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ daripengetahuan yang lebih ‘ umum’ .
Yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum.
Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama-sama dan saling memuat.
Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi. Deduksi selalu di jiwai oleh induksi .
Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan , induksi biasanya mendahuli deduksi . Sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama dibicarakan lebih dahulu.
Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran.
Faktor Probabilitas
Kebenaran konklusi dalam logika induktif, baik dalam analogi maupun generalisasi bersifat TIDAK PASTI, karena hanya bersifat mungkin (probable).
Probabilitas = keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh:
(1) Faktor Fakta: ‘makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusi dan sebaliknya’.
(2) Faktor Analogi: ‘semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.’
(3) Faktor Disanalogi: ‘makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya’.
(4) Faktor Luas Konklusi: ‘semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya, dan sebaliknya’.

Kesesatan Generalisasi/Analogi
Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Kesesatan penalaran induktif yang terpenting adalah:
Tergesa - gesa: terlalu cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta.
Faktor ceroboh:  terlalu cepat tarik kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi lingkungan.
Contoh: Semua wanita Jawa itu lembut.
Prasangka: memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok.
Contoh: Semua orang Batak bicara keras dan tak sabaran.
Utk menghindarinya: membangun sikap kritis, terbuka pada koreksi dan kritik dari orang lain.

Hubungan Sebab Akibat
Prinsip umum: suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Terkandung makna bahwa yang satu (sebab) mendahului yang lain (akibat). Tapi tidak semua yang mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang lain.
Hubungan sebab akibat: hubungan yg intrinsik, artinya hubungan sedemikan rupa sehingga kalau yang satu ada/tidak ada, maka yang lain juga pasti ada/tidak ada.
Tiga pola hub sebab akibat:
1) dari sebab ke akibat
2) dari akibat ke sebab
3) dari akibat ke akibat

Manfaat Belajar Logika Induktif
B. Russel: logika induktif bukan hanya lebih bermanfaat dari logika deduktif, tapi juga lebih sulit.
Manfaat logika induktifMemberikan pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada kebiasaan.
Memang tdk pernah bisa merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita dapat menekan kemungkinan kesalahan.
Maka, jangan pernah menarik kesimpulan induktif dengan data yang masih minimum, tergesa - gesa, ceroboh dan hanya di landasi prasangka.

No comments:

Post a Comment